Tuesday, April 30, 2013

Eztu Glass Pelopor industri kaca artistik pertama di Indonesia

Pelopor industri kaca artistik pertama di Indonesia Eztu Glass telah mengekspor produknya hingga ke mancanegara | Stained Glass Panels


  Kaca Artistik EztuGlass  

Peran Brian Yaputra, sosok pendiri Eztuglas yang juga tercatat sebagai salah seorang perintis dan pelopor industri kaca di Indonesia sejak tahun 1980 an. Saat ini produk kaca Eztuglass sangat beragam, dari mulai kaca rumah, kaca gedung sampai kaca artistik atau yang dikenal sebagai stained glass yang dibuat dengan teknologi tinggi. 


Bukan hanya itu, saat ini hampir semua produk kaca Eztuglass telah di ekspor ke berbagai negara dari mulai Asia, Eropa hingga ke Amerika Serikat. Bahkan konon kabarnya banyak para buyer dari Eropa dan Amerika Serikat rela mengantri untuk mendapatkan produk-produk stained glass, stained glass domes dan art decorative glass produksi pabrikan kaca milik Pak Brian Yaputra tersebut.  


Malah yang lebih membanggakan lagi beberapa produk stained glass dan kaca artistik dari Eztuglass telah di pajang di museum Navy Pear, Chicago, Amerika Serikat, yang merupakan museum kaca Internasional berkelas dan bermutu tinggi dari seluruh dunia. Dimana dari ribuan industri kaca di seluruh dunia hanya sedikit sekali yang terpilih produknya untuk dipamerkan di museum Navy Pear, Chicago, Amerika Serikat. 

Eztuglass telah membuktikan diri sebagai produsen kaca papan atas pada industri kaca dunia. Tidaklah berlebihan bila Kementerian Perdagangan pada tahun 2011 lalu di ajang bergengsi pameran “Glasstech Asia 2011” di Jakarta, disebutkan bahwa Indonesia akan memainkan peran penting dalam industri kaca global, karena sudah sedemikian pesatnya perkembangan teknologi kaca di Indonesia.


 Sementara itu untuk di dalam negeri, nama Eztuglass sudah dikenal identik dengan produk kaca bermutu tinggi yang mayoritas produknya telah digunakan oleh puluhan gedung pencakar langit yang ada di Jakarta, dan berbagai daerah lainnya.

Indikasi dugaan korupsi di Jamkesmas negara dirugikan 4,61 triliun

Indikasi dugaan korupsi di Jamkesmas dan Jamkesda akibat ketidak patuhan terhadap perundangan-undangan yang merugikan keuangan negara Rp 4,61 triliun | Indonesian Stained Glass


  Dugaan korupsi di Jamkesmas


Ketua BPK, Hadi Poernomo menemukan 2.944 kasus dengan nilai yang cukup fantastis yaitu Rp 4,61 triliun, "Dari hasil pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu," terang Ketua BPK yang menyerahkan hasil pemeriksaan keuangan semester ke II, tahun 2012 lalu di DPR. 


Termasuk di dalam kerugian negara tersebut juga berasal dari KKS (Kontark Kerja sama) pengolahan minyak dan gas alam.   Sementara itu dalam laporannya, dari 33 Provinsi, BPK menyimpulkan banyak kelemahan yang terjadi terkait dengan data base yang akurat menyangkut data kemiskinan masyarakat yang masih belum mendapat pelayanan kesehatan yang dibiayai oleh anggaran negara tersebut.    


Menurut Ketua BPK karena belum adanya kesuaian data base dalam program Jamkesmas dan Jamkesda, maka penggunaan dan penyaluran dananya belum sesuai dengan pedoman yang merujuk pada pelaksanaan Jamkesmas tahun 2010 dan 2011. 


Kelemahan ini, jelas menghambat tujuan pelaksaan program untuk membantu rakyat miskin sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.    


Sementara dari sisi pendapatan negara, BPK menemukan indikasi banyak penerimaan negara yang berkurang akibat sistim bagi hasil dengan kerugian mencapai Rp 373,48 miliar dan 50 kasus terkait. 



Sumber:  Jakarta Media News